Posts

Showing posts from 2019

Pathways

The fork ahead of us won't hesitate to decide As you hold my hand Tightening your grip won't leave my consciousness See the first fork Green grass and blooming cherry blossoms on each side  The road is long and unending as far as your eyes could hold The latter is dark and rough Fog dangling above your head Towering pine trees terrifies you But the light in the end of the road shall be seen if you relish Voices in our head pleas I tighten my grip only to let go The last time I touch your fingertips as I lost myself in the darkness Leaving you in the tip of the fork

I am The Queen

I am the queen who has no country to rule I have no army to lead I am not residing in a castle rock I am the queen who needs no knight in shining armour No Prince of Far Far Away land riding white horse would charms me I am the queen Straying on my own Standing tall on my feet while nemesis conspired to drag me down while I am mocked for my vulnerability I am the queen Wandering on the back of the dragon Living my dream as nobody does In the end of my journey All I need is home to return

Colours of Yours

All you see is white from afar Come, come closer They don't bite Can you see that? There's blue, darker than the sky you're staring at There's red, crimson as your blood There's yellow, brighter and warm There's green, blooming like the Bells of Ireland There's violet, gracious as its scent Take a few steps away Your eyes widened, mouth wide-open Swallow that poison of yours Spit out the exquisite potion Take a closer look There's a little black in your white to keep your sanity on the ground There's a little white in your black to keep your innocence prevail Isn't it wonderful to see a part of everything on your tiny existence

Seven Seas

On one deep breath as lifeline Leaving the beauty of coral reflection on the surface Go deep, deeper Until the sunrays could not reach you Let's see how far you will go Until there is no company float around Dive deeper to the core You could walk while you dive Alas, behave. Greet your old friend as you see them You think you go blind No. There you are. Are you? Look, there you go A stream of light Where will it lead you? Go. Follow it. Farther away. There's more of it Will you be able to handle it? Black. Then blue, darker shade of blue Then you'll see the turquoise White comes afterwards Another sunrays greet you home Pebbles in your feet as you step away The core was there, invisible Feelings remained as mind blown Leave it as it is The beauty of secret lingers when it's untouched

Blooming Flowers

I saw the roots crawling on the ground Cradling up to the old trunk by themselves I sat there, my back leaning on the surface, rough against my skin Branches so long to sprout thousand leaves Green sheets above as my shield The roof was filled with blooming white blossoms, struggling against the blowing wind Summer breeze sent it's greeting Sweet scent of sun and buds Drifted my consciousness away to the dark My time and existence was vague As time flew, earthy scent replaced the crisps Buds started to wither away like a rain What once green appeared much tanner As I opened my eyes to witness that the flowers bloom only to wilt

Tinkerbell

Dusty dark attic had lighted up Card boxes scattered across the surface Sunrays illuminating a part of wooden tile through the small window Decayed books and framed pictures filled the mouldering shelf against the wall Step by step All the memories creeping in like a documentary That petite figure vividly formed in his vision 'Greeting, old friends!' Shining dust followed that figure around Mesmerizing as always, as it was in the past His childhood love, one who refused to leave his consciousness The tinkling sound of that tiny creature would stayed in the back of his mind Sound of the past Sound of his childhood Sound of innocent love

Bookworm Story

Rows of shelf stand its ground Inhale, intoxicating odor fille the air as the ancient corpus wide opened Sheets was once striking pale now appeared brown and rigid Scribbles and sketches filled the surface of the language one cannot decipher Turned the pages then Belle letters presented its strength Capturing youngs' mind Astonished the old soul Words of wisdom one could tell Former creator left its legacy by wrinkled hands once dancing with his quill Absorbing reality into dream Imagined one who lived a thousand lives rather than lived in just one

Tulang Punggung Wanita #6

Luka itu ada tapi tak nampak. Impian besar itu tertahan restu sang bunda. Tetap ditempat menjadi suatu keharusan. Atau bahkan keterpaksaan. Berjalan melawan arus idealisme sosial tidaklah mudah. Kebahagiaan bagi orang lain belum tentu bahagia untuknya. Definisi bahagianya berbeda. Luka menganga itu digores dalam dengan hadirnya cinta yang fana. Kedua buah cinta yang seharusnya direngkuh saat ini hanya terjadi didalam mimpi. Sumber bahagianya direnggut laki-laki yang tak punya hati dan mau menang sendiri. Cinta kasih itu perlahan kehilangan arti, menyisakan jati diri dan satu mimpi. Ketika kesembuhan hati didukung penuh sahabat karib, sedikit luka terobati. Namun masalah akan selalu menghantui. Janji yang terlanjur dilontarkan itu harus ditepati. Berdiri di persimpangan seorang diri tak membuatnya berkecil hati. Seorang perempuan kuat lainnnya pernah berujar,  perempuan memiliki pilihan karena ia memiliki kesanggupan untuk menjalani semuanya. Pilihan bukanlah penghalang untuk men...

Dusk to Dawn

Greeting to the darkness When peace might found Denial comes from the other side Solitude creeping in, clawing out to the within Daunting to shift Blinded by lucid companies Conscious of tiniest sound, even the voiceless Stand the ground, stand the agony The eye of heaven is ascending Sweeping away the cavity Colour filling the pattern Divine form dusting blindness As the golden hour rise above the ground

Dismayed

Can you tell I am scared They are all eyes Pinning me to the edge all those eyes, empty I am motionless in the corner They are all everywhere following every steps I make Can you see I am scared They are all lips cannot even stop murmuring Any seconds they are shouting spitting words I do not understand My ears bleeding They are deafening Those voices they spit words everytime I breathe I stand in the corners Soundless, silent no matter what They will not stop

Scorched

The glass shall shattered as you tightened your grip The water you dissipate doesn't even quench your thirst count, still, count for a moment Is there anything you miss seems like you did What if it was poison A diluted poison Tormenting you from within slowly, still Derived from the core spreading, counting, still gripping your heart shall not help Clutch on your head was futile Scream instead... even your voice failed you now you know how does it feel

Silence

It was there, standing over the edge As it hesitating, left you lodge eyes dancing pass the void The cave flee open, being steady on the porch No other way would cause you pain the feeling of debilitating that is companions immobile each your side fisting, tightened, release Commandments has been recited Guts left swither, waiting, counting Main source of power debating 'What if' Question asked how will it synced Time deprive roots Dissipating cave, crumbling it to the abyss Remain unsung, buried beneath the ashes

Tulang Punggung Wanita #5

      Lahir dalam keluarga Peranakan tidaklah mudah terlebih ia tidak mirip sang mama. Papa bukan keturunan tionghoa. Kepergian papa membuatnya ia terlihat makin berbeda. Puji Tuhan, kasih ibu tidak berpihak. Ia dan koko mendapat porsi yang sama. Secara fisik ia menarik perhatian. Hanya saja tidak biasa. Tidak seperti kebanyakan. Banyak yang mengira ia pria. Jodoh yang tak kunjung datang membuatnya lebih mencintai Tuhan. Di usia muda ia menggantungkan hidupnya pada Tuhan dan Bunda Maria. Salib tak pernah lepas dari dekapannya. Keimanannya tidak ada yang meragukan. Kata pasangan adalah yang paling dihindarinya. Keluarga pun ada yang memandangnya sebelah mata. Emosi yang tak terkendali seringkali membuktikan kerapuhan hatinya. Pertahanan yang ia bangun sepanjang hidupnya dapat diruntuhkan Tuhan kapan saja. Senyum lelah tak akan lagi tersungging diwajah ketika Tuhan telah melimpahkan berkat untuknya.

Tulang Punggung Wanita #4

   Senyum itu akan selalu nampak lugu walaupun ditutup mahalnya harga gincu. Logat yang kental pun seharusnya tak membuatnya malu. Giginya yang gingsul selalu muncul saat tersipu. Keluguan itu pula yang membantunya bertahan hidup. Wujud bakti selalu ia buktikan pada bapak dan ibu. Tak peduli ia dikata anak kampung. Bersama kawan menapaki hidup baru. Dituduh tak patuh setelah bertahun-tahun oleh keluarga ibu, tanpa tahu kisah dibalik cucuran peluh. Tiap hari mulutnya tidak berhenti berdoa dan mengeluh, berharap semua lebih baik dari dulu. Saat cinta yang ia idamkan selalu berkata tunggu, kesabarannya yang Tuhan mau. Ketika cinta bersambut bermuara dalam kalimat ijab qobul, Tuhan ingin ia bersyukur. Bersyukur dan mengeluh seperti dua sisi koin dalam hidup yang ia junjung. Cinta yang menyambut selalu dituntut. Perahu tidak akan berubah menjadi bahtera dalam semalam karena cintanya bukan Nabi Nuh dan kisahnya tidak sama dengan Roro Mendut. Hiruk pikuk kota besar sudah mencemari...

Tulang Punggung Wanita #3

Dunia malam dan laki-laki lekat dengan hidupnya sebagai penyanyi. Disentuh sana-sini harus dijalani dengan bertaruh harga diri. Suaranya yang indah memang menarik hati tapi Tuhan yang mengatur rejeki. Paras cantik dan tubuh aduhai mengundang birahi. Tentu hanya satu yang berhak menyandang status suami. Keresahan dihati terus menjadi. Nafsu suami yang tak terkendali menyulut api. Tentu ada jalan lain bersama mantan kekasih. Kata ‘percaya’ tidak pernah memberi bukti. Jalan pintas dengan mengucap kata ‘cerai’ menjadi solusi. Tapi ludah selalu dijilat kembali. Lebih baik kembali daripada hidup sendiri. Bahtera telah berlayar untuk yang kesekian kali. Jagoan cilik hadir meski bukan darah daging. Ia rawat seperti anak sendiri tanpa pernah pilih kasih. Naluri tak bisa dibohongi hanya saja Tuhan belum merestui.

Tulang Punggung Wanita #2

   Wajah yang selalu terlihat lelah. Mata merah yang terus menatap nanar, jauh kedepan. Apa yang ada dipikiranmu? Hanya lelah, ia menjawab. Kerut diwajah tidak menampakkan usia yang sebenarnya. Rambut yang memutih itu juga saksi bisu kerasnya hidup berkeluarga. Matanya yang merah dan basah mengenang masa mudanya. Bersenang-senang, bekerja selayaknya seorang wanita muda, dan bercinta. Dimata keluarga, jodoh datang terlambat, tak sesuai prinsip keluarga. Tiga malaikat hadir dalam rumah tidak memperbaiki keadaan. Tahun berlalu, hidup makin susah. Pilihannya menjadi tulang punggung keluarga. Lagi-lagi tak segan dengan putri-putri yang ingin hidup tak sesuai kemampuan. Ego dan gengsi dalam keluarga menjadi pelumas. Dipandang rendah mereka marah. Disegani pun tak pantas. Kepala keluarga yang arogan tapi istri tak masalah. Kebahagiaan seperti apa yang ingin didapatkan. Pemimpin yang enggan bersusah payah hanya mengandalkan satu kekuatan. Sepertinya hanya mimpi belaka.

Tulang Punggung Wanita #1

   Ucapan merupakan doa. Yang dia katakan menjadi nyata. Membangun sebuah keluarga belum pernah secuil pun terlintas dipikirannya. Mana mungkin aku yang tidak mengenal cinta ini menikah dalam waktu dekat, ia mengelak. Tepat pada tahun yang ia tentukan sendiri Tuhan membuktikan ucapan yang tak sengaja. Dipinanglah ia oleh seorang laki-laki yang diluar dugaan. Membangun rumah bersama hingga hadirnya sepasang putri dan putra. Kerja sama yang tidak biasa. Kebiasaan mengakar mendarah daging dalam keluarga. Tak disangka ayah berdusta. Bertahun-tahun bangkai disimpan rapat. Ketika putra putri yang dimanja beranjak dewasa berani berkata tidak. Ia memutuskan berpisah. Penyesalan datang kala tabiat anak mengikuti ayahanda. Terpuruk dan hancur tentu dirasakan. Lembaran hidup baru harus dibuka. Waktu menyembuhkan luka yang tak nampak. Tahun berganti luka telah terobati. Rumah baru telah ia raih. Gurat senyum di wajah tak lagi sedih.