Tulang Punggung Wanita #4
Senyum itu akan selalu nampak lugu walaupun ditutup mahalnya harga
gincu. Logat yang kental pun seharusnya tak membuatnya malu. Giginya yang
gingsul selalu muncul saat tersipu. Keluguan itu pula yang membantunya bertahan
hidup. Wujud bakti selalu ia buktikan pada bapak dan ibu. Tak peduli ia dikata
anak kampung. Bersama kawan menapaki hidup baru. Dituduh tak patuh setelah
bertahun-tahun oleh keluarga ibu, tanpa tahu kisah dibalik cucuran peluh. Tiap
hari mulutnya tidak berhenti berdoa dan mengeluh, berharap semua lebih baik
dari dulu. Saat cinta yang ia idamkan selalu berkata tunggu, kesabarannya yang
Tuhan mau. Ketika cinta bersambut bermuara dalam kalimat ijab qobul, Tuhan
ingin ia bersyukur. Bersyukur dan mengeluh seperti dua sisi koin dalam hidup
yang ia junjung. Cinta yang menyambut selalu dituntut. Perahu tidak akan
berubah menjadi bahtera dalam semalam karena cintanya bukan Nabi Nuh dan
kisahnya tidak sama dengan Roro Mendut. Hiruk pikuk kota besar sudah mencemari
kalbu seorang gadis lugu. Kehidupan ia tuntut seperti yang ia mau. Hanya saja
Tuhan ingin dia bersyukur dan menunggu.
Comments
Post a Comment